GELAP

 


Pernah tidak merasa gelap? Gelap penglihatan. Pasti pernah. Saya baru mengalaminya hari ini. Gelap penglihatan, karena pemadaman listrik 12 jam.  Dari jam 9 pagi sampai jam 9 malam.

Gelap penglihatan membuat bingung.  Bingung mau melakukan apa. Melakukan aktivitas sehari-hari sangat terbatas. Karena penglihatan dan fasilitas yang terbatas. Mau menyelesaikan pekerjaan kantor, penglihatan remang-remang, laptop mati, baterainya habis, tidak bisa di charge, tidak ada aliran listrik. Mau melakukan pekerjaan rumah tangga, gelap di sekitar, gerakan terbatas. Air tidak mengalir, listrik tidak menyala. Mau santai, komunikasi dengan teman lewat handphone, handphone mati, tidak bisa di charge. Browsing, nonton drakor, yang berbentuk hiburan pun tidak bisa dilakukan.

Betapa terbatasnya penglihatan dan kegiatan yang bisa dilakukan karena gelap penglihatan. Akhirnya hanya bisa duduk, keliling rumah pelan-pelan dan tiduran. Ingat ceramah ustadz untuk berdzikir di setiap saat. Berdzikir pun ditambahkan dalam kegiatan, berdzikir sebanyak banyaknya.

Sambil berdzikir merenung, ingat orang buta, tuna netra, yang tidak bisa melihat. Memikirkan bagaimana tuna netra merasakan hal yang sama dengan yang saya rasakan saat ini, gelap penglihatan.  Saya merasa gelap penglihatan, tidak sampai 24 jam, tapi tuna netra mungkin merasakan bertahun-tahun. Bingung mau melakukan apa di saat gelap penglihatan, itu yang saya rasakan. Tuna netra mungkin tidak butuh bingung lagi, mereka harus menjalaninya. Hal itu membuat saya bersyukur. Gelap penglihatan saya sementara. Membuat saya kagum dan berdoa untuk tuna netra. Kagum mereka kuat dan tabah. Berdoa mereka akan bahagia dan dilindungi Allah swt.

Satu hal lagi yang saya renungkan, saya ingat gelap hati.  Gelap penglihatan adalah gelap raga.  Gelap hati adalah gelap jiwa. Mungkin analoginya sama. Gelap hati pun membuat bingung. Bingung memilih keputusan terbaik. Sedih, kesal, marah, bertanya-tanya mengapa peristiwa yang membuat gelap hati terjadi? Bahkan mungkin tidak menerima ketetapan atau takdir Allah swt. Gelap hati pastinya lebih berat daripada gelap penglihatan. Namun, mungkin pengobatannya hampir sama. Rasa syukur, sabar, dan berserah diri pada takdir Allah swt adalah obatnya.  Semoga kita bisa selalu bersyukur dan bersabar …. Aamiin

#30DWC#Jilid28#day20

Komentar

Postingan populer dari blog ini

AKU TAKUT

DEADLINE

HANYA TITIPAN