HANYA TITIPAN

CHAPTER 5

Malaikat

“Assalamualaikum” suara nyaring dan sedikit manja itu terdengar.  Pintu terbuka.  Beberapa kepala langsung menolehkan ke sumber suara, yang membuka pintu.  Senyum manis menghias wajah wanita yang membuka pintu itu.  “Waalaikum salam”, beberapa orang di ruangan yang menjawab ikut tersenyum.  Seperti biasa pakaiannya sederhana, tapi serasi dan matching.  Blus bunga bunga yang didominasi warna pink, berpadu serasi dengan kerudung warna pinknya.  Semua yang mengenalnya tahu, dia tidak pernah memakai kerudung yang tidak senada dan serasi dengan warna bajunya. 

“Haiiii … Semangat pagi semua” suaranya makin nyaring, memenuhi ruangan.  Dan terasa aura hangat, penuh semangat ikut memenuhi ruangan.  Dia berjalan ke arah orang yang terdekatnya.  Dengan wanita yang lebih tua, dia akan mencium tangannya.  Dengan wanita yang lebih muda dia akan menjabat erat bersalaman.  Dengan pria, dia hanya sebatas saja bersalaman.  Seperti biasa dia mengelilingi ruangan, menyalami yang ada di ruangan.

Terakhir, dia duduk di sampingku.  Meletakkan tas laptop dan tas kerjanya.  Mencium tanganku.  Duduk terdiam.  Dua handphone dikeluarkan dari tasnya.  Handphone pertama dikeluarkan, dilihat, dan dia menulis chat.  Selesai hand phone yang satu, dia mengambil hendphone kedua.  Hanya dilihatnya sekilas, diletakkan kembali. Aku tahu kebiasaannya.  Hand phone pertama untuk keluarga dn sahabat dekatnya.  Dia sapa setiap pagi.  Handphone kedua untuk urusan kantor.  

Dia memiringkan tubuhnya mendekat ke arahku.  Wangi parfumnya lembut dan harum.  Seperti harum vanilla.  Mata bulatnya menatap khawatir ke arahku.  “Ibu semalam bisa tidur? Wajah ibu pucat”.  Aku tersenyum “Bisa, ibu tidur jam Sembilan, bangun jam dua.  Ibu tahajud saja, seperti saran Desi, dan Alhamdulillah tenang”. Aku merasa senang ada yang memperhatikan.

Dia menggenggam tanganku. “Ibu mengadu saja sama Allah. Cerita semuanya. Serahkan semuanya ke Allah.  Biar Allah yang selesaikan.  Allah Maha mengetahui, Maha Perkasa, maha Bijaksana. Kita usaha saja dan doa.” Wajahnya serius sekali.  Penuh kekhawatiran tapi penuh semangat memotivasiku.

Setiap kali melihat wajah tenangnya, wajah teduhnya, perhatian kecilnya, aku merasa damai.  Ternyata sepuluh tahun lebih muda usianya dariku, dia lebih dewasa.  Dia membuka satu tas kecil, isinya kotak makanan. Dibukanya kotak makanan, ada nasi goreng.  “Ayo kita makan dulu, setelah itu kita rapihkan lagi laporan keuangannya, biar cepat selesai.”

Ya Allah, dari sekian kepedihan, masih kau berikan kebahagiaan kecil, bertemu seseorang yang penuh perhatian dan kasih sayang.  Mau mendengarkan ceritaku, mencari solusi permasalahanku. 

Mungkin dia malaikat yang dikirim Tuhan untukku.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

AKU TAKUT

DEADLINE

HANYA TITIPAN