BERSERAH DIRI PADA MU

 BERSERAH DIRI PADA MU

Ratna terdiam terpaku.  Wajahnya terlihat bingung.  Sunyi ruang tamu menambah kebingungannya.  Detik jam dinding tidak juga membunuh kesunyian.  Gorden lusuh dengan motif gambar memudar menjadi sasaran tatapan mata bingung Ratna.  Kursi ruang tamu dengan bahan dari kayu jati, menambah ketidaknyamanan duduknya.

Handphone itu tergeletak di atas meja ruang tamu.  Handphone pun ikut terdiam terpaku.  Mungkin handphone itu juga lelah, setelah tiga puluh menit yang lalu menerima telephone.  Telephone penuh kemarahan dan ancaman dari seseorang.

Masih terdengar jelas suara penuh kemarahan itu. “Saya tidak mau tahu.  Sudah setahun saya menunggu.  Kembalikan pinjaman modal itu. Setahun minjam, bagi hasilnya pun tidak jelas setiap bulan. Kadang kasih, kadang nggak.  Saya dirugikan! Saya akan laporkan polisi, penipuan dan penggelapan.  Saya beri waktu satu bulan.  Kembalikan uang seratus juta saya!!!!”

Ratna, si pemilik handphone wajahnya pucat pasi.  Diletakkannya handphone itu di meja.  Ratna terduduk lemas.  Belum menangis.  Dadanya sesak. Air mata sudah menggenang. Matanya berkaca-kaca karena bingung.

“Buuu….” Panggilan dengan suara lemah itu menyadarkannya.  Segera dihapus airmatanya yang mulai menetes.  Ratna berdiri cepat. Berjalan setengah berlari ke kamar.  Tubuh renta, kurus terbaring lemah. “Apa pak?” tanya Ratna ke pria itu.  Pria yang telah menjadi suaminya selama 20 tahun itu menjawab “ Minta minum bu, Bapak haus” suara lemahnya terdengar kembali.  Segera kuambil gelas berisi air dan sedotan, yang terletak di meja, di samping tempat tidur.

Bersambung besok …

Komentar

Postingan populer dari blog ini

AKU TAKUT

DEADLINE

HANYA TITIPAN