MALAS ATAU TIDAK SKALA PRIORITAS?
Saya sering telat. Telat dalam beberapa hal. Terutama telat dalam kehadiran, telat
mengumpulkan tugas, telat menyelesaikan pekerjaan.
Saya sudah sangat sering
mencoba menganalisis masalah ini. Ingin
mencari akar masalahnya, menuntaskan permasalahannya, mencari solusinya. Tujuannya ingin tidak sering telat lagi.
Pertama, saya analisis
mengapa sering telat? Jawabannya saya sering menunda pekerjaan. Ah, masih lama deadline nya. Ah nanti
saja, tidak harus sekarang. Ah malas mengerjakannya, tidak menyenangkan, bikin
lelah. Menunda pekerjaan itu memang
bentuk aplikasi mewujudkan rasa malas, dengan sejuta alasan dan pembenaran.
Kedua, mencari solusi,
tips, cara untuk tidak menunda pekerjaan? Dicarilah berbagai sumber, pengalaman
teman-teman yang memang rajin, tidak pemalas.
Baca buku berkaitan dengan topik tidak menunda pekerjaan, memiliki
motivasi tinggi.
Ketiga, mencoba
menerapkan. Awalnya semangat dan penuh
kesuksesan. Mencatat di buku agenda, lebih
sering di handphone. Mencatat acara dan waktunya, tugas dan pekerjaan
beserta deadlinenya. Setiap malam menyusun rencana kegiatan 24 jam untuk
esok hari. Menjalani hari dengan mengikuti
rencana jadwal kegiatan.
Satu hari, dua hari, tiga
hari berjalan lancar. Satu hari setelah
seminggu, merasa Lelah. Lelah lahir
batin, jiwa dan fisik. Rasanya menjalani hidup seperti kewajiban dan mengejar
mengejar target. Merasa setelah ini ngapain ya? Tugas apalagi ya ? Hilang
kesenangan hidup, passion, yang membuat hidup lebih berwarna, membuat saya
lebih sering tersenyum.
Akhirnya saya analisis
ulang. Pertama, saya harus kenal diri saya
sendiri dahulu. Ternyata, saya tipe
orang yang tidak bisa fokus mengerjakan sesuatu dalam jangka waktu lama. Paling lama hanya satu jam. Saya juga tipe orang yang kalau passion dan
hobbynya tidak dipenuhi, akan cenderung melipat gandakan waktu untuk melakukan kesenangan
tersebut.
Akhirnya saya menciptakan
strategi sendiri untuk mencapai tujuan saya. Pertama, saya tetap menulis acara
dan waktunya, pekerjaan dan tugasnya.
Saya juga tetap membuat rencana jadwal kegiatan. Hanya saya bagi ke dalam prioritas
tertentu. Prioritas pertama, Ibadah,
hubungan dengan Allah Swt. Prioritas
kedua, keluarga dan kebutuhannya.
Prioritas ketiga, karir dan pekerjaannya. Prioritas keempat, hobby dan passionnya.
Saya membagi semua
kegiatan prioritas itu, dalam jangka waktu tertentu. Saya akan berganti prioritas setiap satu jam
sekali. Menyesuaikan tipe saya yang tidak bisa fokus lebih dari satu jam. Satu jam, saya akan di depan laptop,
mengerjakan tugas. Kemudian beribadah, shalat,
mengaji, disesuaikan waktunya. Satu jam
saya akan cuci piring, karena saya tidak punya asisten rumah tangga. Satu jam saya akan membaca buku, bernyanyi,
bahkan nonton film korea.
Tentunya jadwal itu
fleksibel. Terkadang saya harus ikut rapat kerja sampai tiga jam. Tentu saja saya akan ikut rapat selama tiga
jam. Tidak mungkin satu jam saya meninggalkan rapat tersebut. Kefleksibelan dan keluwesan dalam memegang
jadwal dan menempatkan prioritas ternyata cukup berhasil. Memperhitungkan waktu secara akurat untuk
hadir ke suatu acara cukup membantu saya tidak telat. Mencicil pekerjaan dengan pelan pelan memakai
waktu alokasi satu jam ternyata membuat pekerjaan saya selesai pelan-pelan. Dan
tidak telat lagi.
Kuncinya mengenali diri
sendiri. Fleksibel dan luwes dalam
jadwal. Tetap menempatkan prioritas. Itu strategi saya memperbaiki diri dalam hal
malas, suka telat, dan suka menunda pekerjaan.
Strategi anda pasti berbeda.
Kalau memang strategi itu membuat anda nyaman dan membuat anda lebih
baik, gunakan saja strategi anda. Everybody
is different, every body is unique.
#30DWC
#Jilid 28
#Day 1
Komentar
Posting Komentar