BANGGA MENJADI GURU
Sejak kemarin
berseliweran tawaran di group whatsapp, membuat foto profil dengan frame “Bangga
Menjadi anggota PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia)”. Saya langsung buat foto profil tersebut.
Alasannya? Pertama, saya tidak mau ketinggalan trend yang sedang viral di
komunitas saya, komunitas guru. Kedua, saya
guru, saya ingin menunjukkan identitas profesi saya.
Setelah foto profil itu
jadi, saya senang melihatnya. Segera saya share di media sosial. Saya perhatikan benar-benar foto profil itu. Saya
baca baik-baik tulisannya. “Bangga menjadi anggota PGRI. Mengabdi untuk negeri. Peduli kualitas generasi. “Ada satu kata di
tulisan itu yang membuat saya tertarik, tersentil dan jadi merenung. Satu kata itu “Bangga”. Benarkah saya sudah bangga menjadi guru? Kalau
saya benar-benar bangga, sudah terlihatkah di diri saya kebanggaan itu?
Di Kamus Besar Bahasa
Indonesia, bangga berarti merasa besar hati, merasa gagah, karena mempunyai
keunggulan dan merasa bahagia. Merasa
besar hatikah saya menjadi guru? Saya merasa belum terlalu besar hati. Masih merasa ada profesi-profesi lain yang
lebih dari profesi guru. Ternyata saya belum sepenuhnya bangga.
Merasa gagah menjadi
guru? Tidak terlalu. Biasa saja. Tidak merasa
mempunyai keunggulan khusus karena menjadi guru. Masih merasa ada profesi-profesi lain yang
mempunyai keunggulan yang lebih. Saya
juga tidak mau merasa gagah dan punya keunggulan, saya tidak mau sombong. Ternyata saya belum sepenuhnya bangga.
Merasa bahagia menjadi
guru? Saya mantap menjawab. Ya, saya
bahagia menjadi guru. Saya bahagia bila
berada di tengah-tengah murid saya. Mengajar dan mendidik murid-murid
saya. Saya bahagia bisa berinteraksi,
berkomunikasi, berbagi ilmu, berbagi nasehat, berbagi senyum dan semangat dengan
murid-murid saya. Bahkan berbagi airmata,
penderitaan dan kepedihan, dengan murid yang sedang mendapat bagian cerita
sedih dan sulit dalam hidupnya.
Saya bahagia menjadi
bagian dari perjalanan hidup murid saya.
Setahun, dua tahun, tiga tahun atau lebih, saya ada di samping murid-murid
saya. Mengajarkan hal-hal kecil sampai
hal-hal besar untuk bekal kehidupan mereka kelak di masyarakat. Mungkin ilmu pelajaran saya sudah terlupakan ,
tapi nasehat yang merupakan ilmu kehidupan dari saya, akan selalu mereka ingat. Mungkin senyum saya, keramahan saya,
ketegasan saya, semangat saya, akan menjadi inspirasi buat murid-murid saya untuk
menjalani kehidupan saat ini dan nanti.
Dari tiga indikator
bangga, merasa besar hati, merasa gagah dan merasa bahagia, saya hanya bisa
memenuhi satu indikator, merasa bahagia.
Menurut saya merasa bahagia adalah indikator penting dalam kebanggaan suatu
profesi. Kita tidak bisa bangga, kalau
tidak bahagia. Bagaimana kita bisa
menjalankan tugas dengan baik sebagai guru, bila kita tidak bahagia dengan
profesi sebagai guru. Kita belum bisa mengabdi dengan optimal, bila belum bahagia. Kita belum bisa peduli dengan murid, bila kita belum
bahagia menjadi guru.
Saya memang belum merasa
besar hati dan merasa gagah menjadi guru.
Mungkin tidak perlu besar hati
dan gagah. Cukuplah mengajar dengan bahagia,
mendidik dengan bahagia, mencintai murid murid dengan bahagia. Sampai murid bisa merasakan cinta belajar
dengan kita sebagai gurunya, karena merasa bahagia. Sampai murid bangga kita menjadi gurunya. Itu yang terpenting.
Menurut saya, merasa
bahagia menjadi kata kunci untuk merasa bangga.
Dengan bahagia, timbul cinta menjalankan profesi guru. Mencintai profesi guru adalah bentuk merasa
bangga menjadi guru. Ternyata saya
bangga menjadi guru !
#30DWC#Jilid28#day15
Komentar
Posting Komentar