HANYA TITIPAN
CHAPTER 3
HARTA
Hujan gerimis di sore
hari. Aku berdiri di teras rumah. Menikmati bunyi rintik hujan. Mencium aroma bau tanah. Sedikit memberi kehangatan di hati.
Kutolehkan kepala ke
kanan. Di garasi, satu mobil terparkir,
tiga motor pun ada. Mobil yang masih
kucicil, dan dipakai keponakanku untuk mencari nafkah, dengan manjadi driver
online. Tiga motor, satu milik anakku, Rangga,
satu milik Sinta, menantuku, satu lagi milik kakakku.
Motor keponakan dan
kakakku terparkir disini, karena mereka tinggal di lantai atas. Rumahku besar, dua lantai. Di lantai pertama, ada tiga kamar, dengan
ruang tamu yang luas, ruang makan, dapur dan tiga kamar mandi. Di lantai atas, ada tiga set rumah kecil,
terdiri dari satu ruang tamu. Ruang tidur, dapur dan kamar mandi. Memang kecil kecil ukuran ruangnya. Tiga set rumah kecil itu ditempati oleh kakak
dan keponakanku yang belum memiliki rumah.
Kuajak tinggal di lantai atas agar mereka tidak harus membayar uang
kontrakan.
Aku mencari nafkah
sendiri, mencari uang sendiri.
Penghasilan suamiku yang sedikit hanya untuk mencukupi kebutuhan hidup
madu ku, dengan tiga anaknya. Terkadang
malah aku sering membantu suamiku untuk kebutuhan keluarganya. Belum lama aku membantu Gito, anak sulungnya
membayar uang kuliah.
Aku merasa bersyukur
Allah berikan aku rezeki yang berlimpah, dari pekerjaanku sebagai pengajar, dan
aku mempunyai rumah makan yang cukup laris.
Aku senang memasak, jadi aku membuka usaha di dunia kuliner. Sudah tiga rumah makan aku miliki, dikelola
dengan baik oleh saudara saudaraku, di bawah pengawasanku.
Rasa syukur ku
applikasikan dengan bentuk berbagi rezeki kepada saudara dan orang-orang yang
membutuhkan. Rasanya sudah cukup
hartaku, bahkan orang lain menganggapku berlebih harta. Aku selalu bersyukur Alhamdulillah.
Harta berlimpah, tetapi
mengapa aku selalu merasa kesepian dan merasa sendiri. Hatiku hampa.
Ya Allah, kurang ikhlaskah aku ? Masih kurang bersyukurkah aku ? Ku terdiam membisu ….
Komentar
Posting Komentar